Rabu, 18 April 2018

IMAGE OF TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK BOGOR


Taman Nasional Gunung Halimun - Salak (TNGHS) adalah salah satu taman nasional yang terletak di Jawa bagian barat. Kawasan konservasi dengan luas 113.357 hektare ini menjadi penting karena melindungi hutan hujan dataran rendah yang terluas di daerah ini, dan sebagai wilayah tangkapan air bagi kabupaten-kabupaten di sekelilingnya. Melingkup wilayah yang bergunung-gunung, dua puncaknya yang tertinggi adalah Gunung Halimun (1.929 m) dan Gunung Salak (2.211 m). Keanekaragaman hayatiyang dikandungnya termasuk yang paling tinggi, dengan keberadaan beberapa jenis fauna penting yang dilindungi di sini seperti elang jawamacan tutul jawaowa jawasurili dan lain-lain. Kawasan TNGHS dan sekitarnya juga merupakan tempat tinggal beberapa kelompok masyarakat adat, antara lain masyarakat adat Kasepuhan Banten Kidul dan masyarakat Baduy.
“The Heart of Java” merupakan sebuah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan identitas Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Sesuai dengan Surat Kementerian Kehutanan No. 175/Kpts-II/2003 dengan luasan 113.357 hektar, Taman Nasional Gunung Halimun Salak adalah kawasan konservasi berkarakteristik hutan hujan tropis terluas di pulau Jawa. 
Mengandung keunikan ekosistem hutan pegunungan dengan kekayaan biodiversitas yang tinggi, membuat Taman Nasional Gunung Halimun Salak memiliki fungsi penting sebagai sistem penyangga kehidupan, diantaranya mengatur ketersediaan air tanah dan mengatur kestabilan cuaca di sekitar taman nasional, dan tak lepas pula menjadi penopang sistem sosial-ekonomi-budaya pada tingkat komunitas dan wilayah.
Keberadaan kawasan konservasi yang meliputi pemukiman, lahan pertanian, dan kawasan dimana masyarakat melakukan aktivitas ekonomi (Hartono et al . 20017) menjadi tempat terjadinya geliat aktivitas dengan berbagai kepentingan, diantaranya kepentingan ekologis atau konservasi alam dan kepentingan sosial ekonomi masyarakat sekitar taman nasional.
Flora dan Fauna
Lebih dari 700 jenis tumbuhan berbunga hidup di hutan alam di dalam TNGHS, yang meliputi 391 marga dari 119 suku. Di dalam TNGHS tercatat 13 spesies rotan dan 12 spesies bambu, antara lain: bambu cangkore (Dinochloa scandens) dan bambu tamiang (Schyzostachyum sp.) yang merupakan tumbuhan asli Jawa Barat. Di daerah perluasan ditemukan hutan tanaman, terutama di areal yang dulunya berstatus sebagai hutan produksi dan hutan lindung yang dikelola Perum Perhutani, antara lain: hutan tanaman rasamala (Altingia excelsa), pinus (Pinus merkusii), damar (Agathis sp.) dan puspa (Schima wallichii). 
Hasil inventarisasi dan koleksi anggrek di TNGHS, sampai saat ini tercatat sebanyak 258 spesies yang teregolong dalam 74 marga. Empat puluh tujuh spesies di antaranya tercatat sebagai spesies endemik Pulau Jawa dan 5 jenis merupakan catatan baru untuk Pulau Jawa. Jumlah tersebut merupakan satu per tiga bagian dari anggrek-anggrekan di Pulau Jawa yang tercatat sebanyak 731 speises (Mahyar dan Sadili, 2003).
Di TNGHS juga dapat dijumpai berbagai jenis jamur yang menarik. Dalam kelembaban hutan TNGHS, umumnya jamur dapat dilihat setiap waktu sepanjang tahun khususnya selama musim hujan antara bulan September hingga Mei. Terdapat beberapa tipe jamur yang tidak umum, salah satunya adalah fenomena jamur bercahaya yang terdapat di sekitar Cikaniki dan hanya pada waktu-waktu tertentu.
Untuk mamalia terdapat 61 spesies, beberapa spesies yang endemik Pulau Jawa dan spesies terancam punah. Spesies – spesies terancam punah yang masih dapat dijumpai diantaranya macan tutul Jawa, kucing hutan, owa jawa, surili, lutung, ajag atau anjing hutan, sigung, dan kukang.
 Ada sebanyak 244 spesies burung atau setara dengan 50 % dari jumlah jenis burung yang hidup di Jawa dan Bali. Sekitar 32 jenis diantaranya adalah endemik di Jawa dengan sebaran terbatas/langka dan terdapat 23 spesies burung migran (Prawiradilaga, dkk, 2002). Kawasan ini juga telah ditetapkan oleh BirdLife, organisasi internasional pelestari burung, sebagai daerah burung penting (IBA, Important Bird Areas) dengan nomor ID075 (Gunung Salak) dan ID076 (Gunung Halimun). Wilayah-wilayah ini terutama penting untuk menyelamatkan jenis-jenis elang jawa (Spizaetus bartelsi), luntur jawa (Apalharpactes reinwardtii), ciung-mungkal jawa (Cochoa azurea), celepuk jawa (Otus angelinae), dan gelatik jawa (Padda oryzivora) (BirdLife International, 2009).

Kawasan TNGHS dapat ditemukan keberadaan sekitar 27 spesies amfibi, 50 spesies reptilia, 26 spesies capung (Sidik, I. 1998, Kurniati, 2003). Tercatat pula 31 spesies ikan yang sebagian besar (37,5%) tergolong ikan-ikan gobiid dan eleotriad, seperti spesies-spesies ikan komplementer air tawar, jenis-jenis tersebut antara lain paray (Rasbora aprotaenia), beunter (Puntius binotus), bogo (Channa gachua), belut (Monopterus album), kehkel (Glyptothorax platypogon), bungkreng (Poeciba reticulata) dan Sicyopterus cf microcephalus.

Terdapat tiga spesies Penciri (Flagship Species) TNGHS yaitu Owa Jawa (Hylobates moloch), Macan Tutul (Panthera pardus melas) dan Elang Jawa (Nisaetus barthelsi).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GALLERY