IMAGE OF TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK
BOGOR
Taman
Nasional Gunung Halimun - Salak (TNGHS)
adalah salah satu taman nasional yang terletak di Jawa bagian barat. Kawasan
konservasi dengan luas 113.357 hektare ini menjadi penting karena
melindungi hutan hujan dataran rendah yang terluas di daerah
ini, dan sebagai wilayah tangkapan air bagi kabupaten-kabupaten di
sekelilingnya. Melingkup wilayah yang bergunung-gunung, dua puncaknya yang
tertinggi adalah Gunung Halimun (1.929 m) dan Gunung Salak (2.211 m). Keanekaragaman hayatiyang dikandungnya termasuk
yang paling tinggi, dengan keberadaan beberapa jenis fauna penting yang
dilindungi di sini seperti elang jawa, macan tutul jawa, owa jawa, surili dan lain-lain. Kawasan
TNGHS dan sekitarnya juga merupakan tempat tinggal beberapa kelompok masyarakat adat, antara lain masyarakat
adat Kasepuhan Banten Kidul dan masyarakat Baduy.
“The Heart of Java” merupakan sebuah
ungkapan yang tepat untuk menggambarkan identitas Taman Nasional
Gunung Halimun Salak (TNGHS). Sesuai dengan Surat
Kementerian Kehutanan No. 175/Kpts-II/2003 dengan luasan 113.357 hektar, Taman
Nasional Gunung Halimun Salak adalah kawasan konservasi
berkarakteristik hutan hujan tropis terluas di pulau Jawa.
Mengandung keunikan ekosistem hutan
pegunungan dengan kekayaan biodiversitas yang tinggi, membuat Taman
Nasional Gunung Halimun Salak memiliki fungsi penting sebagai
sistem penyangga kehidupan, diantaranya mengatur ketersediaan air tanah dan
mengatur kestabilan cuaca di sekitar taman nasional, dan tak lepas pula menjadi
penopang sistem sosial-ekonomi-budaya pada tingkat komunitas dan wilayah.
Keberadaan kawasan konservasi yang
meliputi pemukiman, lahan pertanian, dan kawasan dimana masyarakat melakukan
aktivitas ekonomi (Hartono et al . 20017) menjadi tempat
terjadinya geliat aktivitas dengan berbagai kepentingan, diantaranya
kepentingan ekologis atau konservasi alam dan kepentingan sosial ekonomi
masyarakat sekitar taman nasional.
Flora dan Fauna
Lebih dari 700 jenis tumbuhan berbunga hidup di hutan
alam di dalam TNGHS, yang meliputi 391 marga dari 119 suku. Di dalam TNGHS
tercatat 13 spesies rotan dan 12 spesies bambu, antara lain: bambu cangkore (Dinochloa scandens) dan bambu tamiang (Schyzostachyum sp.) yang merupakan tumbuhan asli
Jawa Barat. Di daerah perluasan ditemukan hutan tanaman, terutama di areal yang
dulunya berstatus sebagai hutan produksi dan hutan lindung yang dikelola Perum
Perhutani, antara lain: hutan tanaman rasamala (Altingia excelsa),
pinus (Pinus merkusii), damar (Agathis sp.)
dan puspa (Schima wallichii).
Hasil inventarisasi dan koleksi
anggrek di TNGHS, sampai saat ini tercatat sebanyak 258 spesies yang teregolong
dalam 74 marga. Empat puluh tujuh spesies di antaranya tercatat sebagai spesies
endemik Pulau Jawa dan 5 jenis merupakan catatan baru untuk Pulau Jawa. Jumlah
tersebut merupakan satu per tiga bagian dari anggrek-anggrekan di Pulau Jawa
yang tercatat sebanyak 731 speises (Mahyar dan Sadili, 2003).
Di TNGHS juga dapat dijumpai
berbagai jenis jamur yang menarik. Dalam kelembaban hutan TNGHS, umumnya jamur
dapat dilihat setiap waktu sepanjang tahun khususnya selama musim hujan antara
bulan September hingga Mei. Terdapat beberapa tipe jamur yang tidak umum, salah
satunya adalah fenomena jamur bercahaya yang terdapat di sekitar Cikaniki dan
hanya pada waktu-waktu tertentu.
Untuk mamalia terdapat 61
spesies, beberapa spesies yang endemik Pulau Jawa dan spesies terancam punah.
Spesies – spesies terancam punah yang masih dapat dijumpai diantaranya macan
tutul Jawa, kucing hutan, owa jawa, surili, lutung, ajag atau anjing hutan,
sigung, dan kukang.
Ada sebanyak 244 spesies burung atau setara dengan
50 % dari jumlah jenis burung yang hidup di Jawa dan Bali. Sekitar 32 jenis
diantaranya adalah endemik di Jawa dengan sebaran terbatas/langka dan terdapat
23 spesies burung migran (Prawiradilaga, dkk, 2002). Kawasan ini juga telah
ditetapkan oleh BirdLife, organisasi internasional pelestari burung, sebagai
daerah burung penting (IBA, Important Bird Areas) dengan nomor ID075 (Gunung
Salak) dan ID076 (Gunung Halimun). Wilayah-wilayah ini terutama penting untuk
menyelamatkan jenis-jenis elang jawa (Spizaetus bartelsi),
luntur jawa (Apalharpactes reinwardtii), ciung-mungkal jawa (Cochoa azurea), celepuk jawa (Otus angelinae), dan gelatik jawa (Padda oryzivora) (BirdLife International, 2009).
Kawasan TNGHS dapat ditemukan keberadaan sekitar 27
spesies amfibi, 50 spesies reptilia, 26 spesies capung (Sidik, I. 1998,
Kurniati, 2003). Tercatat pula 31 spesies ikan yang sebagian besar (37,5%)
tergolong ikan-ikan gobiid dan eleotriad, seperti spesies-spesies ikan
komplementer air tawar, jenis-jenis tersebut antara lain paray (Rasbora aprotaenia), beunter (Puntius binotus), bogo (Channa gachua),
belut (Monopterus album), kehkel (Glyptothorax platypogon),
bungkreng (Poeciba reticulata) dan Sicyopterus
cf microcephalus.
Terdapat
tiga spesies Penciri (Flagship Species) TNGHS yaitu Owa
Jawa (Hylobates moloch), Macan Tutul (Panthera pardus melas) dan Elang Jawa (Nisaetus barthelsi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar